Al-Quran seringkali mengajak manusia untuk menginvestigasi alam. Melihat bukti dan tanda Kekuasaan Allah.
Seluruh alam semesta dengan semua elemennya merupakan
tanda-tanda yang mengungkapkan bahwa mereka semua ‘diciptakan’. Dan
semuanya itu ada untuk menunjukkan Kekuatan, Ilmu dan Seni dari
Penciptanya.
Dan manusia bertanggungjawab untuk mengenal tanda-tanda ini
dan mengakui Sang Maha Pencipta, Allah SWT.
Semua makhluk hidup
memiliki tanda-tanda ini, namun terdapat beberapa hewan yang secara
spesifik telah disebutkan dalam Al-Quran. Nyamuk adalah salah satunya.
Ketika kita mengamati kehidupan nyamuk, kita dapat
mengatakan bahwa nyamuk memiliki petualangan yang luar biasa. Apa yang
secara umum diketahui tentang nyamuk adalah binatang penghisap darah.
Namun ini tidak seluruhnya benar. Karena tidak semua nyamuk, namun hanya
nyamuk betina sajalah yang menghisap darah.
Kebutuhan nyamuk akan darah tidak ada kaitannya dengan
makan sama sekali. Sebenarnya nyamuk jantan dan betina makanannya adalah
cairan nektar bunga. Satu-satunya alasan mengapa nyamuk betina tidak
seperti jantan, ia menghisap darah adalah untuk telurnya, yang
membutuhkan protein yang ada dalam darah. Dengan kata lain, nyamuk
betina menyedot darah hanyalah untuk memastikan kelangsungan hidup
generasi barunya.
Kehidupan nyamuk dan mempertahankan generasinya
merupakan salah satu aspek yang paling mengagumkan. Marilah kita lihat
kisah petualangan nyamuk secara singkat.
Telur nyamuk yang diberi makan dengan darah diletakkan
pada daun lembab atau kolam yang kering untuk proses pendewasaan selama
musim panas atau musim gugur. Namun sebelum ini, induk nyamuk pertama
kali menguji tanah secara keseluruhan dengan menggunakan reseptor yang
ada di bawah perutnya, yang berfungsi sebagai sensor suhu dan
kelembaban.
Dia mancari tempat yang nyaman bagi telur-telurnya. Ketika
area yang sesuai ditemukannya, ia mulai mengeluarkan telurnya.
Telur-telur ini yang memiliki ukuran kurang dari 1 mm, disusun secara
bergaris baik dalam kelompok maupun satu-persatu. Beberapa spesies
meletakkan telur-telurnya saling menggabung membentuk suatu rakit yang
mana bisa terdiri dari 300 telur.
Binatang yang sangat kecil yang dijadikan Allah sebagai
contoh ini telah secara khusus diciptakan sebagaimana adanya. Hal ini
mengantarkan umat Islam untuk memikirkan ciptaan Allah dan berpikir
bahwa Allah tidak menciptakan semua ini sia-sia saja, namun agar mereka
bertakwa kepada Allah dan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya.
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ”Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka,” (QS. Al-Imran:191).
Sumber : islampos.com
0 komentar:
Posting Komentar