Fakta Luar Biasa - Manusia dan makhluk hidup lain diciptakan Allah SWT untuk hidup,
tumbuh, berkembang biak, dan yang paling terpenting adalah untuk
beribadah tulus kepada-Nya.
Kita sebagai manusia merupakan makhluk hidup
yang paling sempurna karena diberikan akal dan perasaan, dapat berpikir
bagaimana memanfaatkan hidup yang begitu singkat, karena seperti yang
kita tahu, pada akhirnya, kita juga akan kembali pada-Nya.
Kehidupan manusia di alam dunia ini, tidak lain hanya berkutat pada
tiga tempat saja; di dalam perut ibu, di atas bumi, dan kembali ke perut
bumi.
Siklus permanen ini sudah menjadi ketetapan sunatullah. Dan
kehidupan manusia di alam dunia ini pasti akan diakhiri dengan kematian,
meski pada hakikatnya kematian ini tidaklah diartikan sebagai akhir
dari segalanya. Manusia masih harus melewati fase berikutnya, yaitu fase
kehidupan alam setelahnya, meliputi alam barzakh dan alam akhirat.
Dalam kehidupan di alam dunia ini pun, manusia tidak dihidupkan hanya
untuk sekadar menghabiskan sisa umur yang diberikan, lalu kemudian mati
meninggalkan urusan dunia begitu saja.
Karena setelah itu, manusia akan
melewati masa-masa menegangkan, yaitu masa pernyataan
pertanggungjawaban atas segala apa yang telah dikerjakan selama berada
di dunia. Allah SWT telah memberitakan kepada umat manusia tentang arti
kehidupan dan tugas manusia di dunia.
Bahwa tugas yang paling utama
adalah beribadah, dan tujuan utama diciptakannya manusia tidak lain
hanya untuk menghambakan diri pada Allah Sang Pencipta. Allah SWT telah
berfirman dalam surat Al Dzariyaat ayat 56 :
وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Doktor Majid A’rsaan Al
Keilaani dalam buku fenomenalnya yang berjudul “Philosophy of Islamic
Education”, bahwa korelasi antara kehidupan dengan manusia adalah
korelasi al-ibtilaa. Artinya, manusia dalam menjalani kehidupan hanyalah
diuji dan dicoba.
Tentunya, hal ini tidak menghapus tujuan utama
diciptakannya manusia sebagai makhluk Allah guna menghambakan diri tulus
ikhlas hanya pada-Nya. Berbagai macam rintangan dan cobaan akan datang
mewarnai perjalanan panjang hidupnya.
Menurut Majid, yang dimaksud dengan al-ibtila adalah ujian ketaatan
manusia dalam menghambakan diri kepada Allah Sang Pencipta dan ujian
untuk senantiasa mengikuti arahan-Nya yang telah termaktub dalam Alquran
dan Assunah serta mempraktekkannya di segala aspek kehidupannya.
Lanjutnya, bahwa batas akhir dari ujian ini adalah tahap seleksi untuk
dapat menikmati tempat impian terindah nan abadi yang bernama surga. Disitulah akhir perjalanan panjang ujian manusia.
Sama halnya Ujian Nasional, umur manusia diibaratkan durasi waktu
yang disediakan untuk menyelesaikan soal ujian. Dan bumi yang lapang nan
luas ini diibaratkan ruang ujiannya. Allah berfirman dalam surat Al
Mulk ayat 2 :
الذي خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عملا
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji diantara kamu,
siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun.”
Sedangkan bahan materi yang diujikan terdiri dari tiga aspek.
Pertama, segala sesuatu yang menghiasi dunia meliputi berbagai macam
perhiasan, harta benda, kekayaan, penghasilan yang dimilikinya dan lain
sebagainya.
Kedua, Sesuatu yang berdiri megah diatasnya meliputi
bangunan-bangunan mewah, rumah yang mereka huni, tempat mereka belajar,
masjid, dan lainnya. Dan yang ketiga, segala bentuk interaksi sosial
yang berjalan di dalamnya meliputi amal perbuatan dan hubungan antar
sesama. Allah SWT telah berfirman dalam surat Al Kahfi ayat 7:
إنا جعلنا ما على الأرض زينة لها لنبلوهم أيهم أحسن عمل
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai
perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka
yang terbaik perbuatannya.”
Selama masa ujian masih berjalan, manusia dapat melakukan apa saja
yang mereka mau tanpa mereka tahu bagaimana hasilnya nanti. Berbuat baik
ataupun buruk, semua itu ada konsekuensi dan perhitungannya nanti
setelah usai masanya. Baru di saat ajal menjemput, sampai detik itulah
waktu ujian telah habis.
Kematian ibarat bel pertanda waktu ujian telah
berakhir. Selanjutnya, setelah menusia dibangkitkan kembali di hari
kebangkitan (yaumal ba’ts) hasil amal perbuatannya akan dikoreksi di
hari penghitungan amal (yaumal hisaab) dan hasil perolehan nilai akan
diumumkan pada hari itu juga. Sekaligus pengklasifikasian mana yang
telah dinyatakan lulus dan mana yang gagal.
Yang telah dinyatakan lulus
akan menikmati buah kelulusan yaitu masuk surga. Sedangkan yang telah
dinyatakan gagal akan merasakan penyesalan di neraka. Firman Allah dalam
surat Ali Imran ayat 185 :
كل نفس ذائقة الموت وإنما توفون أجوركم يوم القيامة فمن زحزح عن النار وأدخل الجنة فقد فاز وما الحياة الدنيا إلا متاع الغرور
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada
hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari
dari neraka dan dimasukkan ke surga, maka sungguh ia telah beruntung.
Kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
Wallahu A’lam.
Sumber : islampos.com
0 komentar:
Posting Komentar